KEHIDUPAN KU DI BUNGA BARU (ETHIOPIA)
KEHIDUPAN KU DI BUNGA BARU (ETHIOPIA)
Sejak lama
aku berencana untuk menulis sebuah cerita, dari sekian banyak pekerja indonesia
yang bekerja di luar negeri aku termasuk salah satunya.
Sepertinya
aku ini ingin mengasingkan diriku tapi aku tidak bisa. Ini adalah Negara ketiga
ku untuk bekerja di luar Indonesia. Aku tidak perlu merinci dua Negara lainnya,
dimana aku pernah tinggal. Mari kita focus kepada cerita ku mengenai Negara
Afrika ini, mungkin dalam kesempatan mendatang akan aku ceritakan mengenai
Negara-negara tempat ku bekerja sebelum ini.
Untuk
memulai saya hanya mendengar Ethiopia pada tahun 1986, waktu itu ada sebuah
lagu yang cukup popular berjudul ”We are the world” lagu kebangsaan untuk
bencana kelaparan dan kekeringan yang menghancurkan Ethiopia, dan menjadi
perhatian dunia dengan berita-beritanya.
Mungkin
beberapa dari anda merasa ganjil. Anda akan tahu bahwa “Lucy” fosil
manusia pertama ditemukan di sini di Addis Ababa.
Bunga baru
adalah terjemahan harfiah dari bahasa Amharic Addis Ababa. Saya datang kesini
di awal bulan Oktober 2011, ketika pesawat yang saya tumpangi mendarat di Addis
Ababa, International Airport. Saya dibawa kembali kepada suasana Jakarta
sekitar tahun 1980, aku merasakan angin yang sangat dingin dan bau yang
berbeda. Dari pesawat itu sendiri pengalaman itu sudah saya rasakan benar-benar
berbeda, sejujurnya saya tidak peduli banyak, meskipun ini bukan untuk yang
pertama kalinya saya menginjakkan kaki di benua afrika.
Ketika
dipesawat Aku dikira dari China, sebab bangsa asia yang mereka kenal adalah
china. Dalam pesawat yang kebanyakan bangsa Ethiopia. Mereka sangat ramah,
wanita Ethiopia sepintas terlihat ramah dan cantik-cantik dan menarik, dengan
hidung mancung serta bibir yang tipis, gadis-gadis Ethiopia tampak memikat,
tidak seperti gadis negro yang ada dibayangan, mereka memiliki warisan
kecantikan dari Ratu Sheba.”
Ya saya
ingat ratu Sheba, Putri Balqis yang kecantikannya sangat melegenda. Menjelang
tengah malam kami sampai di Bole Internasional Addis Ababa, ibu kota Ethiopia.
Udara dingin menyambut kedatanganku di Addis. Meski pada penghujung musim panas
suhu Ethiopia hanya 20 derajat.
Juli-September
adalah bulan yang sangat dingin di sini di Addis Ababa, menurut teman-teman
saya, di samping itu, kota ini berada pada ketinggian sekitar 2.500 meter di
atas permukaan laut dengan ketinggian ini, memiliki pengalaman yang benar-benar
berbeda dari cuaca yang berpengaruh terhadap kesehatan.
Aku tiba di
Addis Ababa pada hari Jumat siang yang dingin. Teman saya dari KBRI menjemputku
di bandara. Saya tidak pernah memiliki harapan atau apa yang pernah menjadi
kekhawatiran dengan apa yang saya akan lihat. Saya memiliki pikiran yang
terbuka. Karena saya sudah memiliki pengalaman bekerja di luar negeri, saya
mengerti apa yang harus saya lakukan. Saya siap secara emosional dan
psikologis.
Selama dalam
perjalanan Saya melihat, Addis Ababa yang berada dipunggung Gunung Entoto itu
lebih mirip Jakarta tahun 70-an. Kita tak menikmati layaknya sebuah kota besar.
Tak banyak gedung bertingkat dan pencakar langit. Bangunan perkantoran dan
pusat perdagangannya masih sederhana.
Jangan
berharap ada mal di sini dibandingkan dengan mal raksasa kita - bahkan
dibandingkan dengan mal yang ada didaerah-daerah-. Seperti apa yang telah saya
katakana diatas, ini seperti suasana kota Jakarta sekitar tahun 80 atau bahkan
70-an. Namun Satu hal yang tak dapat dipungkiri adalah mereka setidaknya
memiliki bioskop dengan 3-D, sesuatu yang tidak dapat saya keluhkan.
Kalau ada
bangunan mewah dan mobil mewah adalah kepunyaan pejabat-pejabat dan pengusaha
yang kaya atau orang-orang asing. Di Ethiopia juga berkantor PBB dan Union Of
Africa. Addis adalah merupakan pusat dari 53 negara Afrika.
Dijalan-jalan,
ternak berkeliaran tanpa aturan. Pemerintahan Presiden Girma Giotgis dan PM
Meles Zenawi agaknya belum memberlakukan aturan tentang binatang ini.
Untuk
angkutan kota belum ada taxi mewah seperti di Jakarta. Mobil tua seperti fiat
dijadikan taxi, sedangkan angkutan umum adalah minibus.
Ya ada
banyak hal yang terdapat di Addis Ababa yang tidak bisa dibandingkan dengan
kota-kota besar lainnya. Mereka tidak memiliki resaturant fast food, sehingga
Anda selalu dapat berkunjung atau memesan ketika Anda membutuhkan mereka.
Dengan
kondisi seperti ini sudah cukup bagi saya untuk tidak memanjakan diri saya,
saya sangat senang tinggal di Addis, saya ingin memiliki tempat di
mana saya harus bekerja, dimana tidak ada mal.
Masyarakat
Ethiopia memiliki zona waktu yang berbeda dari waktu GMT biasa. Bahkan kalender
mereka juga berbeda, karena untuk waktu mereka saya masih kurang mengerti yang
saya tahu adalah bahwa tengah malam mereka dimulai pada pukul 12 siang di waktu
biasa dan mereka menyebutnya waktu eropa. waktu setempat yang mereka gunakan
disebut Waktu Habesha, jika waktu di eropa (GMT +3) adalah 12.00 siang, artinya
itu 12.00 tengah malam waktu Ethiopia. Mengenai tanggal saya juga kurang
mengerti. Hari-hari mereka dalam sebulan juga berbeda, saya harus belajar
tentang hal itu. Jika di kita adalah tanggal 10 Oktober 2011 maka bagi mereka
adalah tanggal dan bulan berbeda dan tahunnya adalah 2004, mereka memiliki
minimal 7 tahun di belakang Tahun Gregorian, mereka menggunakan Kalendar
Julien. Lucunya adalah saya tujuh tahun lebih muda di sini. jika Anda ingin
menjadi 7 tahun lebih muda maka Anda dapat datang ke Addis Ababa dan
mendapatkan pengalaman baru di sini.
Pagi harinya
saya mendapat informasi yang banyak tentang tempat-tempat yang bisa
dikunjungi. Ethiopia memiliki bangunan bersejarah seperti Trinity
Cathedral, dibangun tahun 1941 dengan nuansa eropa. Gedung ini dibangun
untuk memperingati hari pembebasan Ethiopa dari penguasaan Italia. Ada pula
museum ethnological yang memperkenalkan berbagai etnik Ethiopia, Jubille Palace
yang dibangun untuk peringatan 25 tahun penobatan Kaisar Haile Selassie I.
Masyarakat
Ethiopia memiliki zona waktu yang berbeda dari waktu GMT biasa. Bahkan kalender
mereka juga berbeda, karena untuk waktu mereka saya masih kurang mengerti yang
saya tahu adalah bahwa tengah malam mereka dimulai pada pukul 12 siang di waktu
biasa dan mereka menyebutnya waktu eropa. waktu setempat yang mereka gunakan
disebut Waktu Habesha, jika waktu di eropa (GMT +3) adalah 12.00 siang, artinya
itu 12.00 tengah malam waktu Ethiopia. Mengenai tanggal saya juga kurang
mengerti. Hari-hari mereka dalam sebulan juga berbeda, saya harus belajar
tentang hal itu. Jika di kita adalah tanggal 10 Oktober 2011 maka bagi mereka
adalah tanggal dan bulan berbeda dan tahunnya adalah 2004, mereka memiliki
minimal 7 tahun di belakang Tahun Gregorian, mereka menggunakan Kalendar
Julien. Lucunya adalah saya tujuh tahun lebih muda di sini. jika Anda ingin
menjadi 7 tahun lebih muda maka Anda dapat datang ke Addis Ababa dan
mendapatkan pengalaman baru di sini.
Di Ethiopia
makanan sehari-harinya adalah injira. Makanan ini terbuat dari tepung yang
diendapkan beberapa malam sehingga terjadi fermentasi. Ke dalam tepung
dimasukkan biji-bijian, diaduk dan dimasak seperti penekuk diatas pemanggang
berukuran besar. Saat memakannya diberi kuah seperti gulai tanpa santan. Di
Ethiopia masih mengimpor beras. Karenanya beras hanya menjadi kebutuhan
kalangan berduit.
Mereka juga
berpuasa pada setiap hari Rabu dan Jumat, puasa yang mereka lakukan ialah tidak
memakan daging dan lainnya yang dihasilkan dari hewan.
Di Ethiopia
juga terdapat pabrik sabun Pt. Sinar Ancol bekerja sama dengan Alsam Plc.
Pabrik ini berlokasi di kota Kaliti sekitar 30 km dari Addis Ababa. Dikatakan
Adrianto Yuliar Salam, sales dan markettingnya. Permintaan terhadap B-29
terutama untuk sabun batangan sangatlah tinggi.
Menurut
saya, kesempatan untuk investasi di Ehiopia sangat besar. Sayangnya, kalangan
pengusaha Indonesia tak hendak melirik sebelah mata kepada Negara yang tengah
mengalami perubahan ini. “ Ethiopia baru mulai berkembang. Sayang sekali tak
dimanfaatkan. Barangkali para pengusaha kita masih terjebak dengan pikiran
lamanya tentang Ethiopia.”.
Comments
Post a Comment